Sebelum pulang ke rumah saya ingin posting sebuah artikel yang menjadi ciri khasku, ciri khas daerahku tanah sulawesi selatan.
Kota Daeng, siapa yang tak kenal julukan ini. Julukan ini disematkan kepada kota Makassar, ibukota Sulawesi Selatan dan sekaligus sebagai pintu gerbang Indonesia bagian timur. Namun saya yakin masih banyak kaskusers yang belum paham tentang makna “Daeng” itu sendiri, utamanya orang-orang yang berasal dari luar pulau Sulawesi.
Pada dasarnya dulu di Makassar terdiri atas 4 stratafikasi sosial yaitu:
1. Kare: Ulama atau Tokoh Religi
2. Karaeng: Raja atau Bangsawan
3. Daeng: Kalangan pengusaha, shah bandar
4. Ata : Budak
Pada dasarnya dulu di Makassar terdiri atas 4 stratafikasi sosial yaitu:
1. Kare: Ulama atau Tokoh Religi
2. Karaeng: Raja atau Bangsawan
3. Daeng: Kalangan pengusaha, shah bandar
4. Ata : Budak
![]() |
Maskot Sulawesi Selatan |
Sangat mirip dengan stratafikasi di Bali atau peradaban Hindu yaitu: brahma, ksatria, waisaya dan sudera
Gelar “DAENG” pada hakikatnya tidak didapatkan begitu saja melainkan mengandung makna yang beragam. maknanya antara lain:
Penghambaan dari nama Allah, kurang lebih sama dengan nama Islam yang ditambahi dengan Abdul. Misalnya Daeng Patoto. Patoto dalam lontara artinya pencipta, sehingga Daeng Patoto adalah hamba dari yang maha pencipta. Daeng Tanicalla, artinya tak tercela. Yang tak tercela hanyalah Allah SWT. Daeng Manaba, yang artinya penyayang, hamba dari yang maha penyayang;
Berasal dari kata benda Makassar “pakdoangang” dari akar kata “doa” dan harapan. Ada beberapa “pakadengang” yang dapat masuk dalam kategori ini, misalnya:, Daeng Bau, agar yang bersangkutan memberikan nama harum bagi keluarga dan masyarakatnya. Daeng Nisokna, yang diimpikan, yang dicita-citakan. Daeng Gemilang, agar tampil lebih gemilang. Daeng Nikeknang, agar selalu dikenang. Daeng Kanang agar ia cantik, Daeng Baji agar dia baik hati, Daeng Puji agar dia menyenangkan;
Penegasan bahwa dia juga adalah golongan bangsawan: Daeng Memang, artinya dia memang “daeng”, Daeng Tonji, yang artinya, diapun “daeng”. Daeng Tommi,yang artinya sebelumnya dia bukan daeng tetapi sekarang diapun sudah “daeng”. Daeng Tadaeng artinya, “daeng” atau bukan, baginya sama saja;
Panutan , yang diambil dari nama tokoh yang sukses karena kejujurannya atau keberaniannya atau kepintarannya, dan atau kekayaannya, tanpa terlalu memperhatikan makna dari “pakdaengang” itu.
“DAENG”, juga bisanya diberikan kepada seseorang yang berjasa, dan gelar itu disesuaikan dengan keadaan orang itu. Seorang berkebangsaan Amerika diberi gelar daeng yaitu Daeng Rate, karena kebetulan orangnya tinggi.
Saat ini gelar-gelar paddaengang telah mengalami pergeseran. Anak-anak muda suku Makassar mungkin masih tetap mendapat nama paddaengang dari orang tua mereka, tapi hanya sedikit sekali yang mau memakainya. Alasan utamanya karena nama paddaengang berkesan ketinggalan jaman atau jadul istilah anak sekarang. Apalagi karena nama daeng saat ini identik dengan masyarakat golongan kelas bawah di kota Makassar, misalnya tukang becak, tukang sayur, tukang ikan, dll.
Selain itu, penggunanya adalah orang-orang yang punya hubungan sangat dekat atau kekeluargaan dengan orang lawan bicaranya dan penggunannya sebatas dalam forum bersifat non-formal. Bila dua ketetuan ini dilanggar, kata 'Daeng' jadi bermakna ejekan.
Masyarakat Bugis agak ketat memegang adat yang berlaku, utamanya dalam hal perlapisan sosial. Pelapisan sosial masyarakat yang tajam merupakan suatu ciri khas bagi masyarakat Bugis. Sejak masa pra Islam masyarakat Bugis mudah mengenal stratifikasi sosial. Di saat terbentuknya kerajaan dan pada saat yang sama tumbuh dan berkembang secara tajam stratifikasi sosial dalam masyarakat. Startifikasi sosial ini mengakibatkan munculnya jarak sosial antara golongan atas dengan golongan bawah.
Dalam suku Bugis jaman dulu dikenal 3 strata sosial atau kasta.
Kasta tertinggi adalah Ana’ Arung (bangsawan) yang punya beberapa sub kasta lagi.
Kasta berikutnya adalah To Maradeka atau orang merdeka (orang kebanyakan).
Kasta terendah adalah kasta Ata atau budak.
Hanya orang-orang yang berkasta Ana’ Arung dan To Maradeka yang berhak memberikan nama gelar pada keturunannya. Sementara kasta Ata tidak berhak untuk menggunakan nama gelar. Bagi bangsawan Bugis, gelarannya adalah “Andi“, sedangkan bagi To Maradeka bergelar Daeng.
Namun dalam perkembangannya, paggilan “Daeng” saat ini memiliki makna yang beragam. Bisa berarti kakak, bisa pula bermakna kelas sosial. Namun demikian penggunaannya harus berhati-hati. Apalagi saat ini, penggunaan kata Daeng untuk memanggil seseorang sering ditujukan untuk masyarakat dengan kelas sosial tertentu. Misalnya, daeng becak (penarik becak), daeng sopir pete-pete (sopir angkot), daeng kuli bangunan dan lain sebagainya.
Di Sulawesi Selatan, khususnya penghormatan kepada tokoh Bugis termasuk di dalamnya bangsawan biasanya dilakukan dengan menggunakan kata panggilan “Puang”, bukan “Daeng”.
(info dari www.rappang.com)
mungkin seperti dijawa, kalaupun punya gelar raden (entah raden bagus atau raden ajeng atau roro) sudah banyak ditanggalkan, apalagi jika secara ekonominya tidak mencukupi, dia akan merasa malu dan menjadi bahan ejekan
ReplyDeleteIYA pakdhe, kebanyakan saat ini ekonomi yg menentukan derajat seseorang, bahkan mungkin bukan seorang raden pun klo mereka kaya akan masang gelar radennya
ReplyDeleteSaya ngerti sekarang tentang sebutan Daeng. Soalnya suka bertanya-tanya sendiri sebab ada temanku yg memanggil suaminya Daeng. Mereka orang Makassar :) Thanks ya
ReplyDeleteIya, akus ering denger kata Daeng itu..
ReplyDeletekirain nama Marga..
hehe..
jadi tau deh asal usul si Daeng..
Makasihya udah berbagi..
@jurnal Transformasi : Iya sama2...
ReplyDelete@mama olive: sama2 mama olive...
ReplyDeletehalo daeng, aga kareba?
ReplyDeletemaap baru sempat mampir :)
@Matahari: BAji2 ji hehhe...
ReplyDeletekamu apa kabar?
Sekarang penggunaan daeng banyakan untuk tukang becak.... Setiap kali saya memanggil tukang becak di jalan Sunu mau ke Al Markaz, saya selalu panggil "Daeng"
ReplyDeleteDah akrab kali ya...tp sy klo ngobrol sm tman yg d jkt sring dpanggil daeng koq hehe
DeleteSaya yakin penulis di blog ini bukan orang makassar atau mengetahui banyak tentang budaya makassar. Orang asli suku makassar memiliki “nama makassar” yg diawali kata “daeng”. Tidak terbatas kpda yg tua saja tapi juga kepada yg muda. Bayi yg baru lahir saja pada saat pemberian nama sudah diberi “nama makassar” untuk panggilan sehari-harinya. Tidak terbatas pd bangsawan tapi juga ke rakyat biasa seperti “nama makassar” sultan hasanuddin adalah daeng mattawang, gub. Sulsel syahru yl daeng kawang, ryas rasyid daeng mannangkasi, arifin daeng gassing, junedi daeng kulle. Orang makassar menyebut “nama makassar” seseorang untuk lebih menghargai/menghormati orang tersebut, bukan semata hanya karena tua/muda. Kalaupun kita belum mengenal “nama makassar” dari orang makassar tersebut, cukup dengan menyebut kata “daeng” saja. Tidak ada nama daeng becak, daeng sopir atau daeng kuli, begitupun Syahrul YL gubernur sulsel, nama makassarnya bukan daeng gubernur tapi daeng makkawang. Tukang becak, kuli ataupun sopir kalau memang org makassar, pasti ada nama makassarnya. Coba tanyakan saja.
DeleteIyya, karena mayoritas tukang becak orang makassar..sama aja klo di jakarta panggil tukang ojek abang...
ReplyDeletesimilar lah
kirain daeng itu abang atau apalah yang sejenisnya untuk menghormati seseorang...
ReplyDeletejadi tahu nih, jangan asal panggil daeng kalo gitu ya sob..
Sbnarx gak salah jg sob. Bs jg panggilan daeng untuk manggil yg lbh tua tp lbh lngkapx ada diartikel diatas.thanks
Deletesaya punya teman keturunan Makasar sering menyebut kata Daeng, dan sekarang saya baru tahu apa maksudnya. sip bro
ReplyDeleteYup bro...thanks atas komentarx. Skedar menambah khasanah pengetahuan kita
DeleteWah baru tau saya informasi ini soal "Daeng". Saya ada teman dari Makasar juga yang kini sudah bekerja di Australia selama 25 tahun dan punya perusahaan satelit sendiri. Namnya Daeng Effendy. Wah mantaf nih.
ReplyDeleteSalam dari Blogger Pontianak. Izin Follow
Pada sesiapa yang dapat membantu untuk saya cari maklumat. Saya Nasarudin dari malaysia akan ke makasar pada 13 Feb 2013 sambil mencari maklumat berkenaan keturunan keluarga daeng 7 bersaudara yang dinyatakan di bawah samada perkuburan, kampung, keluarga atau cerita sejarah yang terdapat di Makasar. Sila email saya nasarudin_ahmad@rhbislamicbank.com.my
ReplyDeleteCerita yang terdapat di perguruan Silat Seni Gayong Malaysia, pertubuhan silat yang terbesar di Malaysia. "Mahaguru Silat Seni Gayong ialah allahyarham Dato' Paduka Meor Abdul Rahman bin Daeng Uda Mohd Hashim. Beliau ialah seorang berketurunan Raja Bugis dan Arab daripada susur galur Al-Attas.
Moyang beliau yang terkenal berhijrah ke Tanah Melayu ialah Tengku Daeng Kuning. Daeng Kuning merupakan seorang pahlawan terkenal yang digelar sebagai Panglima Hitam. Daeng Kuning dikatakan mewarisi ilmu kependekaran daripada nenek moyangnya seorang pendekar yang dikenali sebagai Pahlawan Gayong.
Pahlawan Gayong ialah seorang pendekar terbilang yang menguasai ilmu persilatan secara zahir dan kebatinan. Beliau amat tersohor di kepulauan Melayu dan digeruni oleh lawannya. Ada sumber yang mengatakan bahawa Dato' Laksamana Hang Tuah adalah pewaris amanah ilmu Pahlawan Gayong. Seterusnya imu tersebut diturunkan kepada Dato' Meor Abdul Rahman sebagai waris zuriat Pahlawan Gayong.
Daeng Kuning berhijrah dari Sulawesi ke Tanah Melayu selepas tahun 1800 Masehi. Penghijrahan tersebut ditemani oleh saudara mara beliau yang terdiri daripada Daeng Merewah, Daeng Celak, Daeng Parani, Daeng Pelangi, Daeng Mempawah dan Daeng Jalak. Mereka tujuh bersaudara belayar ke Tanah Melayu untuk membina penghidupan baru dan menyatupadukan pahlawan-pahlawan Melayu.
Penghijrahan bangsa Bugis ke Tanah Melayu dipercayai bermula dari tahun 1667 Masehi apabila Makasar, Sulawesi jatuh ke tangan Belanda. Pahlawan Bugis yang terkenal di gugusan Melayu pada ketika itu ialah Daeng Rilaka dan lima orang putera beliau bernama Daeng Parani, Daeng Merewah, Daeng Menambun, Daeng Celak dan Daeng Kemasi.
Penghijrahan Daeng Kuning tujuh bersaudara ini berkemungkinan besar susulan daripada dasar campurtangan Kerajaan Belanda yang semakin berleluasa di Kepulauan Sulawesi. Ada sumber yang mengatakan bahawa Daeng Kuning adalah zuriat keturunan Daeng Merewah bin Daeng Rilaka. Dua buah rombongan ini sudah pasti terdiri daripada orang yang berlainan walaupun ada persamaan pada sesetengah nama. Ini berdasarkan perbezaan masa yang agak ketara. Walau bagaimanapun, kaitan kekeluargaan antara satu sama lain tidak dinafikan.
Penghijrahan tujuh bersaudara tadi bukanlah bermaksud lari daripada medan peperangan , ia sebenarnya satu cara untuk menyusun strategi balas. Matlamat mereka ialah untuk mengumpulkan para pahlawan Melayu bagi menentang kuasa-kuasa asing yang menjajah negeri-negeri di Nusantara.
Daeng Kuning dan saudaranya telah mempelopori gerakan gerila untuk melumpuhkan pentadbiran penjajah di negeri-negeri Melayu. Walaupun ramai pahlawan Bugis terlibat secara langsung dengan kancah politik negeri-negeri Melayu seperti di Sumatera, Jawa, Semenanjung Tanah Melayu, Temasik dan Kepulauan Riau, namun mereka tidak bersatu-padu. Malahan, ada di antara mereka yang menjadi askar upahan kuasa-kuasa asing dan berperang sesama sendiri.
Oleh sebab itulah, ketika belayar di tengah lautan, Daeng Kuning telah mengingatkan kembali matlamat penghijrahan mereka. Pesanan tersebut disampaikan melalui bentuk pantun kepada saudara-mara beliau yang berbunyi;
Pecah Gayong Di Dalam Dulang,
Dulang Hanyut Di Lautan Tujuh;
Perpecahan Gayong Perpecahan Sayang,
Suatu Masa Dan Ketika Kembali Berteguh (berpadu)"
bugis kerjanya cuma mau debat masalah budaya, mungkin karena cemburu ama orang makassar yg telah mencapai kejayaan yg gemilang
ReplyDeletebagaimana tdk cemburu dan dendam..
makassar punya KOTA
makassar punya perahu PHINISI
makassar punya dan pembuat lontara
makassar punya baju khas,, baju bodo,,passapu
makassar punya power dan pengaruh di KTI bahkan kemanca negara..
makassar punya pahlawan dan pembela islam SULTAN HASANUDDIN..ayam jantan dari timur
makassar punya imperium kekuasaan di KTI
MAKASSAR berkuasa di malaysia TUN ABDUL RAZAK
makassar punya ammatoa kajang..
makassar punya makanan khas yg me- Nasional macam coto dkk
MAKASSAR TIDAK KALAH DGN JAKARTA DAN JAWA……
makassar kompak menggunakan GELAR DAENG bukti kesetaraan dlm masyarakat makassar. konon di ceritakan bahwa semua orang gowa dan sekitarnay adalah keturunan pejuang dan bangsawan, maka lahirlah konsep DAENG. buktinya setinggi-tinggi pangkat sombaya ri gowa tetap tonji di panggil DAENG dan serendah-rendahnya strata di masyarakt makassar tetap tonji di panggil DAENG. DAENG nama resmi. bukan hanya panggilan biasa.
ini sejalan dgn cerita yg mengatakan bahwa gelar DAENG(artinya kakak=orang makassar kakaknya orang bugis) bemula ketika pihak kerajaan mau membedakan gelar raja/pejuang GOWA dan keturunannya dgn keturunan raja BUGIS. maka lahir lah penamaan ANDI(adik=bugis adalah adik orang makassar) bagi bugis
makassar daeng(kakak)
bugis andi (adik)
semoga bermanfaat…
Maaf Daeng sudahlah alangkah bik kalau kita cukup dengan rendah hati meskipun yang anda katakan benar karena fakta. santai aja salam Daeng Baji'
DeleteMengenai strata sosial masyarakat makassar gowa dahulu, kastanya disusun sebagai berikut, sy akan jelaskan sedikit lebih rinci supaya tdk ada salah segalanya lagi yg bs jd fitnah.
ReplyDeleteKasta 1, Anak karaeng yg terbagi dan tersusun lagi atas, 1. Anak ti'no (anak pattola, anak manrapi), 2. Anak sipuwe. 3. Anak cera 4. Anak karaeng sala.
Kasta 2. Tumaradeka yg terbagi lagi atas : 1. Tubaji 2. Tusamara
Kasta 3 yaitu Ata.
Yg dimaksud dgn anak karaeng diatas ialah anak karaeng di gowa. Disamping anak karaeng ri gowa adapula anak karaeng lili. Golongan ini ialah anak-anak raja-raja yg ditaklukkan dan dijadikan jajahan kerajaan gowa. Anak karaeng lili dianggap lebih rendah tingkatannya dr pada anak karaeng ri gowa.
Itu semua benar.......gelar itu menandakan asal usul....tp kasta ana ti'no itu....perpaduan antara ayah raja gowa ibunya keturunan raja bone....3 kerajaan besar yaitu Gowa, Luwu, Bone,....ini semua bersaudara......Sombayya ri Gowa, Payunga ri Luwu, Adaka ri Bone,,,,,Cappa kanayya ri Gowa, bate ri Bone.......inilah politik belanda mengadu domba 2 kerajaan.....jika bersatu belanda tdk akan pernah menginjakkan kakinya di Celebes........3 pusaka di sulawesi yg tersohor, Badik, Kawali, Gareno
ReplyDeleteJgn ada yg terlalu sok........saya Ardiansyah Daeng Lalang Bin Muhammad Amin Daeng Kawang....Putra Celebes...Nama pa'daengang itu nama nenek moyang kami......jd klo ada yg menghina....tolong cantumkan alamat anda....klo bisa kita baku coba dulu.....klo anda baik kami segan klo anda jelek kami brutal........
ReplyDeleteMaaf nambah dikit kata daeng itu arti sebenarnya adalah kakak dan juga sebagai nama julukan keberanian dan sifat-sifat bijak bagi kaum bangsawan makassar zaman dahulu kalah. seperti julukan sultan hasanudidin i mallombasi daeng mattawang, jadi daeng itu punya makna yg sangat dalam bagi orang makassar.
ReplyDeleteMaaf nambah dikit kata daeng itu arti sebenarnya adalah kakak dan juga sebagai nama julukan keberanian dan sifat-sifat bijak bagi kaum bangsawan makassar zaman dahulu kalah. seperti julukan sultan hasanudidin i mallombasi daeng mattawang, jadi daeng itu punya makna yg sangat dalam bagi orang makassar.
ReplyDeleteMaaf nambah dikit kata daeng itu arti sebenarnya adalah kakak dan juga sebagai nama julukan keberanian dan sifat-sifat bijak bagi kaum bangsawan makassar zaman dahulu kalah. seperti julukan sultan hasanudidin i mallombasi daeng mattawang, jadi daeng itu punya makna yg sangat dalam bagi orang makassar.
ReplyDeletemaaf bang dhimalk saya mau tanya ... ada dari keluarga saya gelar daeng Paware dari bone itu artinya gelar yg diberikan raja atau ada keturunan bangsawan
ReplyDeleteKISAH NYATA..............
ReplyDeleteAss.Saya IBU SERI HASTUTI.Dari Kota Surabaya Ingin Berbagi Cerita
dulunya saya pengusaha sukses harta banyak dan kedudukan tinggi tapi semenjak
saya ditipu oleh teman hampir semua aset saya habis,
saya sempat putus asa hampir bunuh diri,tapi saya buka
internet dan menemukan nomor Ki Dimas,saya beranikan diri untuk menghubungi beliau,saya dikasi solusi,
awalnya saya ragu dan tidak percaya,tapi saya coba ikut ritual dari Ki Dimas alhamdulillah sekarang saya dapat modal dan mulai merintis kembali usaha saya,
sekarang saya bisa bayar hutang2 saya di bank Mandiri dan BNI,terimah kasih Ki,mau seperti saya silahkan hub Ki
Dimas Taat Pribadi di nmr 081340887779 Kiyai Dimas Taat Peribadi,ini nyata demi Allah kalau saya bohong,indahnya berbagi,assalamu alaikum.
KEMARIN SAYA TEMUKAN TULISAN DIBAWAH INI SYA COBA HUBUNGI TERNYATA BETUL,
BELIAU SUDAH MEMBUKTIKAN KESAYA !!!
((((((((((((DANA GHAIB)))))))))))))))))
Pesugihan Instant 10 MILYAR
Mulai bulan ini (juli 2015) Kami dari padepokan mengadakan program pesugihan Instant tanpa tumbal, serta tanpa resiko. Program ini kami khususkan bagi para pasien yang membutuhan modal usaha yang cukup besar, Hutang yang menumpuk (diatas 1 Milyar), Adapun ketentuan mengikuti program ini adalah sebagai berikut :
Mempunyai Hutang diatas 1 Milyar
Ingin membuka usaha dengan Modal diatas 1 Milyar
dll
Syarat :
Usia Minimal 21 Tahun
Berani Ritual (apabila tidak berani, maka bisa diwakilkan kami dan tim)
Belum pernah melakukan perjanjian pesugihan ditempat lain
Suci lahir dan batin (wanita tidak boleh mengikuti program ini pada saat datang bulan)
Harus memiliki Kamar Kosong di rumah anda
Proses :
Proses ritual selama 2 hari 2 malam di dalam gua
Harus siap mental lahir dan batin
Sanggup Puasa 2 hari 2 malam ( ngebleng)
Pada malam hari tidak boleh tidur
Biaya ritual Sebesar 10 Juta dengan rincian sebagai berikut :
Pengganti tumbal Kambing kendit : 5jt
Ayam cemani : 2jt
Minyak Songolangit : 2jt
bunga, candu, kemenyan, nasi tumpeng, kain kafan dll Sebesar : 1jt
Prosedur Daftar Ritual ini :
Kirim Foto anda
Kirim Data sesuai KTP
Format : Nama, Alamat, Umur, Nama ibu Kandung, Weton (Hari Lahir), PESUGIHAN 10 MILYAR
Kirim ke nomor ini : 081340887779
SMS Anda akan Kami balas secepatnya
Maaf Program ini TERBATAS .
Saya yakin siapapun yg menulis blog ini bukan orang makassar atau mengetahui banyak tentang budaya makassar. Jadi saya harap anda jangan menyebarluaskan yg anda tidak ketahui aslinya.
ReplyDeleteOrang asli suku makassar memiliki “nama makassar” yg diawali kata “daeng”. Tidak terbatas kpda yg tua saja tapi juga kepada yg muda. Bayi yg baru lahir saja pada saat pemberian nama sudah diberi “nama makassar” untuk panggilan sehari-harinya. Tidak terbatas pd bangsawan tapi juga ke rakyat biasa seperti “nama makassar” sultan hasanuddin adalah daeng mattawang, gub. Sulsel syahru yl daeng kawang, ryas rasyid daeng mannangkasi, arifin daeng gassing, junedi daeng kulle. Orang makassar menyebut “nama makassar” seseorang untuk lebih menghargai/menghormati orang tersebut, bukan semata hanya karena tua/muda. Kalaupun kita belum mengenal “nama makassar” dari orang makassar tersebut, cukup dengan menyebut kata “daeng” saja. Tidak ada nama daeng becak, daeng sopir atau daeng kuli, begitupun Syahrul YL gubernur sulsel, nama makassarnya bukan daeng gubernur tapi daeng makkawang. Tukang becak, kuli ataupun sopir kalau memang org makassar, pasti ada nama makassarnya. Coba tanyakan saja.
Bagi orang Makassar, setelah resmi menyandang nama paddaengang dan yang bersangkutan sudah masuk masa akhil baliq maka wajib hukumnya bagi orang-orang di sekitarnya apalagi yang lebih muda dari yang bersangkutan untuk memanggil dengan nama paddaengangnya. Memanggil orang tersebut bukan dengan paddaengangnya akan dianggap tidak sopan, karena ya itu tadi paddaengang adalah areng alusu’ atau nama halus dari yang bersangkutan. Adik-adik dan keluarga besar saya sekarang ini lebih sering memanggil saya dengan nama daeng Gassing daripada nama asli saya.
ReplyDeleteDalam tradisi asli suku Makassar sebenarnya juga dikenal yang namanya kasta. Kasta tertinggi adalah Karaeng atau raja, kemudian di bawahnya ada Tumajai atau orang kebanyakan. Kasta paling bawah adalah Ata atau budak. Mereka yang berkasta Karaeng dan Tumajai berhak mendapat paddaengang sementara pada Ata tidak. Sultan Hasanuddin sendiri punya nama paddaengang yaitu daeng Mattawang plus gelar kebangsawanan sehingga nama aslinya menjadi : I Mallombassi daeng Mattawang Sultan Hasanuddin Karaeng Bontomangape Tu Menanga Ri Balla Pangkana . I Mallombassi adalah nama kecil, daeng Mattawang adalah nama paddaengang, Sultan Hasanuddin adalah nama Islamnya, Karaeng Bontomangape adalah gelar kebangsawanan dan Tu Menanga Ri Balla Pangkana adalah gelar anumerta yang berarti orang yang meninggal di rumah bercabang.
Secara singkat daeng adalah panggilan penuh hormat kepada orang yang lebih tua atau dituakan meski belakangan generasi yang lebih muda mengalami kesalahan persepsi dikarenakan penggunaannya yang lebih bersifat umum. Para pengayuh becak, pedagang sayur dan ikan keliling serta beberapa pelaku industri non formil lainnya biasa disapa dengan panggilan daeng sehingga kemudian banyak orang yang menganggap kalau daeng itu asosiasinya lebih kepada mereka yang berada di strata sosial rendah. Pandangan yang sama sekali tidak benar tentu saja.
Selepas heboh kasus panggilan daeng oleh Ruhut Sitompul kepada JK saya sempat melihat sebuah aksi demonstrasi oleh mahasiswa di Makassar. Salah seorang pendemo mengatakan keberatan atas sikap Ruhut tersebut, alasannya “JK yang mantan wakil presiden itu tidak pantas dipanggil daeng karena biasanya daeng itu hanya identik dengan daeng becak dan sebagainya”. Astaga..!! saya sampai geleng-geleng kepala melihatnya. Alasannya kok seperti itu, alasan yang sama sekali tak berdasar.
orang makassar itu cocoknya sama jawa
ReplyDeletekalo orang bugis cocoknya sama sunda
yang tua ketemu tua urusannya akhirat
yang muda ketemu muda urusannya dunia, duit mulu
lihat tuh jk