Assalamualaykum Wr.Wb dan Selamat Siang Rekan-rekan
Sepakat gak, hidup itu harus selalu berubah, berubah kearah yang positif? Kalau sepakat acuhkan tangan anda dan ucapkan dalam hati saya harus berubah. Yup, hidup tak boleh statis tapi dinamis, sebagaimana nasehat Mahluk TerMulia Muhammad bin Abdullah, hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.
Sahabat, alkisah 25 tahun yang lalu lahirlah seorang anak lelaki ganteng di sebuah kampung nun jauh disana, tepatnya di Lahola, Kelurahan Tanuntung, Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Untuk lebih detail silahkan find di google maps, dan yakinlah hanya kabupatennya yang nongol. Sekitar 250 Km dari kota Makassar disitulah ia lahir dibantu bukan dokter atau bidan tetapi dukun beranak yang notabene neneknya sendiri. Berbekal peralatan sederhana, jauh dari peralatan kedokteran, dengan seizinNya maka jadilah ia mahluk tak berdaya yang taunya hanya menangis. Menurut cerita ibunya, di hari-hari awal, baby itu sering sakit-sakitan yang membuat panik orang tuanya.
Karena dikampung, pengobatan tradisional pun jadi solusi, sekali lagi dengan seizinNya baby itu tumbuh. Menginjak umur 2 tahun ada sedikit masalah yang mengkhawatirkan orang tuanya karena baby itu belum ada tanda-tanda untuk bisa berjalan, jangankan berjalan duduk saja ogah. Segala macam cara dilakukan agar babynya bisa tumbuh dan berjalan layaknya baby yang lain. Orang tuanya pun mengambil kaki rusa dan memukul-mukulkan kekaki baby itu dengan keyakinan orang bugis, bisa membuat si baby bisa berjalan.
Dengan keyakinan dan doa akhirnya di umur 3 tahun lebih anak itu sudah menunjukkan tanda-tanda berjalan. Singkat waktu, seperti anak kebanyakan semestinya di umur 4-5 tahun semestinya sudah mulai masuk playgroup atau Taman Kanak-kanak, tetapi sayangnya karena letak rumah anak itu yang sangat jauh dari kota tidak ada yang namanya TK atau playgroup sehingga perkembangan anak-anaknya hanya disekitar rumah dan tidak ada yang namanya early education seperti di kota. Jadinya masa kecilnya dihabiskan di rumah didampingi Etta neneknya yang banyak berkutat di dapur karena orang tuanya pergi kerja sebagai "Umar Bakri" yang 20 Km jauhnya dari rumahnya. Untungnya sang nenek bisa baca tulis dan ngaji, sehingga basic education originally from the Kitchen. Kabar baiknya, anak itu diumur 5 tahun sudah mulai mengenal huruf, sedikit bisa membaca dan berhitung ala "sang guru/neneknya". Kabar kurang baiknya, totally tidak ada keterampilan, nyanyian dan cita-cita yang tertanam dibenak sang anak seperti anak play group umumnya, alias tidak gaul/kuper.
|
ilustrasi anak kampung (source) |
Memasuki umur sebagai siswa Elementary school, sang anak ditantang melewati kurang lebih 5km tiap hari untuk mencapai sekolahnya itu. Eits jangan salah jalan yang dilewati berbukit dan tentunya by on foot. Setiap harinya bersama kawan-kawannya yang kebanyakan lebih besar darinya, mengarungi jalan berbukit dan jalan yang belum diaspal demi pendidikan. Sayangnya standar pendidikan di sekolahnya masih jauh dari kata memuaskan karena keterbatasan pra sarana layaknya sekolah di kota. Keterbatasan alat tulis, bangku sekolah yang kurang layak dan keterbatasan buku sebagai sumber pustaka.
Berbekal pendidikan di dapur, anak itu pun maju, mulai menanamkan cita-cita dalam hati dan pikirannya. Minus keterampilan pre school, tentu saja si anak belum banyak mengetahui apa yang namanya cita-cita maupun keterampilan children lainnya. Tetapi perlahan si anak mulai memperlihatkan talentanya ketika di kelas 1 SD ia yang lulusan pendidikan dapur sudah mulai pintar membaca dan menulis. Karena teman-teman seusianya standarnya jauh dibawah, maklum dikampung bahkan ada yang hingga kelas 4 SD belum bisa membaca, jadilah ia menjadi peraih ranking 1. Ternyata itulah yang menjadi pelecutnya untuk menjadi lebih baik dan memasang di neuron otaknya "Ia harus bisa menjadi smart laiknya anak kota".
Pulang sekolah layaknya anak kampung ia dan teman seperjuangan belajar mengaji tradisional bugis sama kakeknya sendiri. Kebiasaan dikampung sebelum mulai mengaji harus mengambilkan air mandi yang diambil dari sumur dibawa ke rumah guru ngajinya. Dengan segala keterbatasan, berbekal Qur'an Lusuh keluaran DEPAG Tahun 1960-an itulah modalnya menjadi anak yang tak lupa agama sebagai basic education selain ilmu di sekolah. Dengan semangat, akhirnya bisalah anak itu membaca Qur'an dengan tartil.
Memasuki umur 10 tahun, tepatnya di kelas V ada even yang ia ikuti yaitu lomba siswa teladan antar siswa SD. Gurunya pun memberinya kesempatan mewakili sekolahnya untuk berpartisipasi ditingkat Kecamatan. Disinilah awal baik buat sang anak, karena kepercayaan dirinya mulai muncul seiring dengan kesuksesannya menjadi juara siswa teladan tingkat kecamatannya. begitu sumringah ia membawa pulang piala dan 10 buah buku tulis sebagai hadiahnya. Ia pun bercita-cita bisa menjadi juara tingkat yang lebih tinggi dan mulai memasang cita-cita harus sekolah di kota dan menjadi juara. Dengan usaha dan do'a yang tulus akhirnya si anak berhasil melangkah jauh sampai menjadi finalis siswa teladan tingkat provinsi sulawesi selatan. Begitu senangnya ia sang anak yang jauh dikampung bisa menyingkirkan beratus-ratus anak dari kabupaten lain, sayangnya hanya runner up sehingga ia tak bisa mewakili Sulawesi Selatan di tingkat nasional. Tapi setidaknya ini yang membuatnya terlecut untuk lebih berprestasi lagi. Buktinya, lomba cerdas cermat, lomba mata pelajaran serta lomba jambore nasional diikutinya walaupun berasal dari sekolah terpencil yaitu SDN 193 Tanuntung (250 Km dari Kota Makassar).
Sebagaimana semangat dan cita-citanya, prestasinya pun berlanjut dengan berhasil masuk di SLTP terbaik di kabupaten bulukumba dan terwujudlah cita-citanya bersekolah di kota. Si anak itu pun pamit ke orang tua dan numpang tinggal di rumah familinya di kota bulukumba (sekitar 45 km dari kampungnya). Masalah pun muncul, ia dihinggapi penyakit homesick karena baru kali ini ia tinggal terpisah dari orang tuanya. Di tambah lagi ia harus membantu tuan rumah mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, cuci piring dan cuci baju, sesuatu yang mungkin membebani fisik dan pikirannya. Hasilnya pun di tahun pertama ia terdepak dari 10 besar dan ini membuat kecewa orang tuanya. Bahkan ia hampir ingin mudik kekampung dan melanjutkan saja pendidikannya di kampung, tapi orang tuanya terus menyemangati dan mengingatkan impiannya untuk sukses dan menjadi orang berguna. Akhirnya dengan do'a, usaha dan kesabaran yang tiada batas, kembalilah ia menjadi seorang yang berprestasi, terbukti di tingkat 2, ia berhasil masuk 10 besar dan berhak mewakili sekolah di berbagai lomba mata pelajaran dan hasilnya beberapa trophy diraihnya salah satunya Lomba Olimpiade Sains.
Singkat cerita sang anak berhasil melanjutkan pendidikannya hingga bangku kuliah di Kota Makassar, masuk PTN negeri dan berhasil menamatkan kuliah hanya dalam waktu 3,5 tahun. Ketika Toga terpasang, tepatnya di hari sabtu 22 April 2008 di Gedung A.P Pettarani UNHAS Makassar, begitu bahagianya ia, salah satu tugasnya telah tercapai yaitu membahagiakan orang tuanya dengan menjadi seorang sarjana. Berbekal ijazah dan nilai baik, dan dengan campur tangan Tuhan akhirnya ia berhasil diterima di salah satu Perusahaan BUMN persemenan di Makassar (Semen Tonasa). Begitu bersyukurnya ia, anak kampung yang sudah mulai menjadi orang. Dengan penghasilan yang lebih dari cukup begitu bersyukurnya dan tentu saja membahagiakan orang tuanya. Rasa syukurnya di tahun pertama bekerja ia membelikan orang tua sebuah mobil kijang kapsul SGX bekas tahun 1998 sebagai wujud terima kasih. Memang hanya mobil bekas tetapi itu sungguh membahagiakan orang tuanya yang mulai tahun 1971 menunggang kuda besi Motor RSX nya. Rencana pun mulai disusun, impian sang anak dibangun. Beliau yang sang employee ditahun ke tiga bekerja akhirnya berhasil mempersunting gadis pujaannya dan mulai menyusun rencana dan impian untuk lebih sukses jauh kedepan.
Tahukah anda siapa anak itu?
Itulah aku, Adi Akmal,S.E sang anak kampung yang memiliki impian memiliki business owner karena saat ini saya masih berstatus employee di salah satu BUMN di kota ku.
Sudut Positif
Ibrah yang bisa diambil adalah ditengah keterbatasan yakinlah akan ada selalu jalan, Tuhan tidak buta, melihat semua upaya dan jerih payah kita. Teruslah berusaha meraih yang terbaik karena hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok haruslah lebih baik dari hari ini. Tulisan ini saya ikut sertakan ke acara Giveaway saudara saya Mbak Thya dalam ajang Our Pensieve's 1st Giveaway
Untuk sahabat yang ingin mengetahui sahabatku ini yang seorang bunda yang berusaha memberikan yang terbaik buat puteri kesayangannya Vania silahkan di klik link tersebut. Special thanks buat Mbak Thya