• RSS
  • My Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Thursday 19 June 2008

KISAH LANJUT TURKI MENGGUGAT JILBAB

Republika, Sabtu, 2 Februari 2008


Upaya pencabutan lrangan berjilbab sedang bergulir.
Akankah kebebasan berjilbab menjadi kenyataan di Turki? Upaya kini sedang bergulir, meski tak ada yang dapat menjamin, akan bermuara di mana kekangan soal jilbab ini berujung.
Sebuah rancangan undang-undang (RUU) diserahkan pemerintah kepada parlemen Turki, Selasa (29/1) silam. Isinya, meminta pencabutan larangan para mahasiswi perguruan tinggi negeri di Turki untuk mengenakan jilbabnya ke kampus mereka. Jika disetujui, ini akan mengakhiri larangan yang telah berjalan selama beberapa dekade. Perguruan tinggi negeri di Turki melarang mahasiswinya yang Muslim mengenakan jilbab --kecuali cadar dan burka-- saat berada di kampus. Larangan itu tercantum dalam konstitusi dan undang-undang pendidikan tinggi.

Perubahan yang Dinanti
RUU ini memang tak terlepas dari kesepakatan besar antara partai berkuasa yang berbasis Islam, Justice and Development Party (AKP) dan Nationalist Action Party. Senin lalu, mereka bersepakat perlu adanya perubahan.
Saat mengajukan RUU, mereka pun menjelaskan, mengakhiri larangan berjilbab di perguruan tinggi di Turki merupakan hal mendasar dalam mencapai standar kebebasan yang ditetapkan pendiri Turki modern, Mustafa Kemal Ataturk. Pelarangan jilbab, kata mereka, justru melanggar kebebasan.
Namun, tegas ketua Partai Nationalist Action Party, Devlet Bahceli, ''Jilbab juga tak boleh digunakan sebagai simbol perlawanan kepada negara.'' Menurut perhitungan di atas kertas, pemungutan suara pekan depan diperkirakan akan meloloskan RUU tersebut. Pasalnya, AKP dan Nationalist Action Party memiliki lebih dari dua per tiga dari 550 kursi di parlemen. Mereka adalah mayoritas.
Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan adalah salah satu pendukung diakhirinya larangan berjilbab ini. Saat wawancara dengan Financial Times dan dikutip BBC pada edisi 19 September 2007, ia mengatakan, pelarangan itu menyebabkan muslimah Turki terhambat haknya untuk mendapatkan pendidikan lebih tinggi. Erdogan mengaku heran karena pemakaian jilbab di masyarakat Barat justru bukan merupakan masalah.
''Hak para wanita Turki untuk mendapatkan pendidikan lebih tinggi tak bisa dibatasi karena apa yang mereka kenakan,'' katanya. Menurut Erdogan, pemerintah adalah penjamin dan pelindung republik, sekulerisme, demokrasi, dan hukum negara. ''Tak ada satu pun langkah kami yang bertentangan dengan semua itu,'' tegasnya.
Muluskah langkah kubu Erdogan? Para pendukung setia sekulerisme ternyata gelisah. Bagi mereka, pencabutan larangan berjilbab akan mengancam sekulerisme Turli dan sebaliknya malah akan mengangkat wajah Islam di Turki.
Deniz Baykal, Ketua Republican People's Party yang pro sekulerisme, menyatakan pencabutan larangan berjilbab akan mengancam keberadaan Turki. Apalagi, kata dia, larangan itu ditetapkan sejak masa Ataturk dan dipertegas sejak kudeta militer pada 1980 baik di sekolah dan kantor.
Sementara Hakki Suha Okay, anggota senior parlemen dari Republican People's Party, menyatakan pihaknya akan terus berupaya agar pelarangan jilbab terus berlangsung. Jika parlemen menyetujui pencabutan maka ia akan menempuh jalur hukum.
Sementara, militer Turki yang selama ini dikenal suka ikut campur dalam urusan politik juga masih belum bersikap jelas. ''Seluruh masyarakat di Turki tahu sikap militer mengenai jilbab. Mengatakan sesuatu pada saat ini tak ada artinya dibanding dengan apa yang kami katakan sebelumnya. Inilah mengapa saya tak mengatakan apapun,'' kata Kepala Angkatan Bersenjata, Jenderal Yasar Buyukanit.
Pengamat politik, Rusen Cakir yang dikutip televisi NTV, menilai, pernyataan Buyukanit menyiratkan bahwa militer masih menentang pemakaian jilbab. ''Saya yakin militer akan menyatakan sikapnya lebih jelas pada hari-hari mendatang,'' katanya.
Militer adalah penjaga gawang sekulerisme Turki. November lalu, seorang pejabat militer mengusir seorang gadis SMA berjilbab yang berada di panggung untuk menerima hadiah kompetisi menulis. Air mata pun tak dapat ditahan. Jalan menuju kebebasan berjilbab masih terbentang. Akankah ada lagi air mata yang menetes karena kekangan ini? (ap/afp/fer )

0 comments:

Post a Comment

Berikan Kesan Yang Membangun Kawan.....

About Me

I am 26 Years old, Born in one village in east of Region Bulukumba. Educational background Electrical Engineering at State Polytechnic of Ujung Pandang, & Continue to Bachelor Degree In UVRI Management, Economy Faculty. Now i am working at BUMN company (Tonasa Cement Plant)and Active in personal franchise business developer. So U can ask me and share in many things...telecomm,business,self improvement,religious, and Instrumentation Engineering.